POLEMIKNYA ORANG BALI DLM BERAGAMA



POLEMIKNYA ORANG BALI  DALAM BERAGAMA !

       Dalam kehidupan beragama, khususnya orang Bali yang beragama  Hindu sering dihadapkan pada pemahaman yang bersifat multi tafsir atau polemik.  Diantara polemik-polemik yang sering muncul adalah mengenai :

1Upakara yang begitu rumit. 
2. Prinsip, Nak Mule Keto 
3. Merasa diri Minoritas.
4. Kasta.
5. Dwijati dan kematian

1. Upakara.

Didalam agama Hindu kita mengenal ada 3 kerangka yang menjadi acuan yaitu :

Filsafat/Tattwa.
Etika/Susila.
Ritual/Upakara.

       Dalam kehidupan sosial ketiga kerangka tersebut saling mengisi, dengan Upakara akan ada rasa kebersamaan. Dengan Upakara akan ada rasa damai secara kolektif atau massal. Begitu juga dengan Etika, Etika artinya, mengembangakan nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan Itihasa. Kemudian Filsafat atau Tatwa, sudah mengarah keindividu karena dengan filsafat/tatwa kita akan diajarkan untuk mencapai tujuan dari agama, yaitu Moksha. Moksha tidak ngajak-ngajak artinya menyendiri, melakukannya sendiri-sendiri. Dalam kehidupan sosial peran Upakara sangat penting, adalah untuk meningkatkan srada dan kesadaran umat, sifatnya kolektif, tetapi jangan dibuat rumit. Upakara perlu disederhanakan atau dibuat lebih sederhana dengan tidak mengurangi maknanya, agar supaya tidak membingungkan karena, upakara bukan tujuan - upakara bukan segalanya. Upakara yg berlebihan dan rumit, seperti menuntun orang buta oleh sibuta. Yang paling penting dalam ritual keagamaan adalah aktifitasnya, kita merasa damai ketika berada diantara orang2.

2. Nak Mule Keto.

        Prinsip "Nak Mule Keto" diinspirasi dari pengetahuan WedaYoga Sutra Patanjali dan Bhagawad gita. Menurut Maha Rsi Patanjali, Pramana / berpikir yang benar / berpikir kognitif atau logika adalah mod dari pikiran. Pramana atau Tri Pramana (praktyasa, agamana dan anumana), adalah ketiga bukti dan alasan yg selalu diinginkan oleh pikiran. Pikiran tidak pernah berhenti untuk mendapatkan bukti dan alasan, selalu bertanya tanya, kenapa? kenapa? dan kenapa? Bukti adalah perangkap bagi pikiran untuk mendapatkan kebebasan / pencerahan / moksha. "Jika saja dengan berlogika / berpikir yang benar semua masalah bisa diselesaikan tentu saja kaum terpelajar atau para cendikiawan akan mencapai moksha lebih dulu," moksha dalam pengertian mokshartam jagadhita. Dengan berpegang pada logika atau berpikir yang benar, moksha tidak akan pernah terjadi. Dengan Yoga adalah saatnya untuk menghentikan itu semua. Leluhur kita menyimpulkan hal itu dengan prinsip "Nak Mule Keto". Nak Mule Keto pengertiannya sama dengan Abyasah  dan VairagyaAbyasah artinya, membiarkan segala sesuatunya berjalan seperti apa adanya (fokus), fokus artinya tetap bertahan pada apa yang ingin kita capai. Kemudian Vairagya ketidak melekatan, menarik diri dari keterikatan thd kelima obyek indera. Vairagya bukan berarti kita lari dari kehidupan ini, namun tetap melakukan aktifitas / kewajiban  dengan tidak terikat pada hasilnya.  Jadi, "Nak Mule Keto" bukan sesuatu yang bodoh. Abyasah dan Vairagya bagian dari Yoga Sutra Pantanjali dan Bhagawad Gita.
Jadi, logika / berlogika adalah keterbatasan atau ketidak mampuan pikiran dlm memahami kebenaran, karena kebenaran tdk bisa dimengerti melalui bukti dan alasan. Tidak ada orang yg mampu membuktikan Tuhan.

3. Minoritas.

        Merasa diri Minoritas, meskipun agama Hindu berada di urutan ke 4 dunia dari jumlah pemeluk, namun Yoga atau pengetahuan tentang Yoga sudah diterima oleh masyarakat dunia, dan mereka tetap pada agamanya masing-masing. Jadi trend sekarang bukan menyebarkan agama, tapi menyebarkan nilai kebenaran. Justru dengan agama kita cenderung mengkotak-kotakkan diri, seperti membuat tembok tinggi (benteng), sampai kita sendiri tidak bisa melompatinya.

4. Kasta/Wangsa.

   Kalau berdasarkan pada perjalanan sejarah, sebagian besar orang Bali berasal dari genetik/garis keturunan yg sama (kecuali Bali kuno). Masalah kasta mucul pada jaman raja Klungkung, Dalem Waturenggong, yg berkaitan dg situasi sosial dan politik pd waktu itu. Hanya raja yg berhak menentukan status dari masing2 kelompok. Kondisi sekarang sdh berbeda silahkan menyikapinya dg bijaksana, sesuai dg kepentingannya.
Ketika Bali berdaulat dibawah VOC, yg menentukan gelar raja dan bangsawan adalah VOC.

   Kasta di Bali, tdk ada kaitannya dg keturunan atau spritual. Banyak orang berpendapat kasta adalah masalah. Tidak ada yg keliru atau sesuatu yg dapat kita salahkan dg kondisi ini. Karena, kepentingan pada jaman itu. Apa lagi hambatan dalam kemajuan spritual datangnya dari faktor internal (dari dlm diri) bukan faktor external (dunia luar). Kalau saja kita mau memperhatikan satu persatu, masih banyak lagi masalah dari dunia external selain kasta, misalnya ketidak adilan yg terjadi disetiap aspek kehidupan, dll -   itulah kehidupan.
Semua halangan dan hambatan dlm kemajuan spritual datangnya dari dunia internal (dalam diri).  Sudah dipetakakn oleh Weda, ada 9 hambatan atau halangan dalam kemajuan spritual.

       Jadi Kasta di Bali, tdk ada landasannya atau kaitannya dg keturunan, agama atau spritual, dan juga tdk ada hubungannya dengan catur warna atau warna, hanya kepentingan sesaat pd jaman itu. Kalau ingin mengubah nama atau status, silahkan saja tdk ada yg melarang karena yg melarang atau mengijinkan sdh tdk ada. Hal ini sudah terjadi/dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok, merubah status sosialnya!

4. Dwijati.

  Kematian dalam spiritual dengan kematian tubuh fisik berbeda. Bagi mereka yang memilih jalan spiritual atau kesunyian, yang dimaksud dengan kematian adalah berhentinya pikiran mengasumsi keadaan (situasi, kondisi dan obyek).  Pikiran tidak lagi distimulasi oleh kelima mod dari pikiran. Maka, Sang Jati Diri akan bangkit dari tidurnya. Inilah yang dimaksud dengan dwijati yang sesungguhnya. Dwijati artinya lahir kembali atau lahir yang keduakalinya. Artinya, "Matilah sebelum kematianmu datang atau Bangkitlah sebelum ajalmu tiba." Dialah disebut Dwija, orang yg suci.
Jadi, Dwijati terjadi sebelum kematian datang, adalah momen yang paling penting dalam kehidupan manusia. Bagi mereka yg telah tersucikan, tdk lagi terikat dengan hukum karma (free), kematian fisk akan menjadi fenomena alam biasa dan berlalu begitu saja.
Sedangkan, yang dimaksudkan dengan Dwijati di Bali, pengertiannya sesuai dengan Sastra Semerti yang berkembang di Bali. Itu sudah berlaku baku dan sah, yang berkaitan dengan kepentingan umat dalam beritual, bukan karena pencapaian!

Śastra-sastra  Ś R U T I  mengatakan,
Ketika Dwijati terjadi, akan ada lompatan kesadaran atau transformasi kesadaran, bagi mereka yg menekuni Yoga. Tuhan akan menampakkan wujudnya. Seperti melihat bayangan Bulan di dlm jun (tempat air) berisi air yg jernih. Begitulah Tuhan dalam kehidupan ini :

Akan menemukan apa yg tdk ditemukan.
Akan mengerti apa yg tdk dimengerti.
Akan memiliki apa yg tdk dimiliki.
Karena tujuan utama telah terjadi Tuhan bersamaMu dan Dia ada didlm diriMu.

       Itulah sebagian dari polemik yang sering muncul dalam kehidupan beragama orang Bali.

᭑᭕ ᬫᬭᭂᬢ᭄ ᭓᭑᭙ ᬤ᭄ᬯᬧᬭ ᬬᬸᬕ᭞ ᬍ᭜᭑᭙ ᬫᬲᭂᬳᬶ᭟

Lukisan "D a l a n g" art studio Mambal.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAAT INI - TRI SEMAYA

RERAINAN

KITA SEMUA BERASAL DARI SUARA