Membangun Bali yang Holiostik

MEMBANGUN BALI YG HOLISTIC

          Bali itu unik. Bali sangat adopted dan wellcome dlm menerima  budaya dan idiologi luar. Namun Bali tetap independen dg kearifan lokalnya. Banyak orang yg peduli dg Bali dan bahkan para Yogi banyak yang datang ke Bali dan senang tinggal di Bali. 

          Prinsip mengajegkan Bali sdh dilakukan dari jaman dahulu dari kedatangan Bhatara HyangTiga Sakti dan disusul oleh Bhatara Hyang Catur Lingga, Yg beparahyangan di Sad Kahyangan. Kemudian kedatangan Rsi Markandya, beliau  yg menanam Panca Datu di Besakih dan sistem pengairan (Subak). Mpu Kuturan dg prinsip *Tri Hita Karana, Tri Murti dan Sistem Desa Pekraman (Puseh, Desa, Dalem dan Sanggah Kemulan).  Pada jaman berdirinya kerajaan Majapahit di jawa, Bali kedatangan seorang pendeta Agung, yang banyak memberikan warna dlm kehidupan masyarakat Bali, kehidupan beragama menjadi lbh Dinamis. Beliau adalah Mpu Dwijendra / Pedanda Sakti Wawu Rauh, beliau banyak meninggalkan sastra2 suci yg menjadi pedoman dlm kehidupan beragama dan sosial. Beliau2 tsb pada prinsipnya bertahan atau mengajegkan Bali. Tidak mengexploitasi tapi mempertahankan apa yg sdh ada dan bagaimana cara memeliharanya - *sustainable* (berkelanjutan).

     Itu artinya Bali tdk perlu investasi skala besar, cukup memelihara dan mempertahankan apa yg sudah ada. Orang2 pasti akan datang, baik itu karena berwisata atau berinvestasi karena keunikan yg dimiliki Bali. Leluhur kita sdh memprediksi keadaan ini jauh2 hari, dari sebelun ada gunung😁😁😁  sampai dibuatkan lagu,  I Made Cenik bahwa, suatu saat nanti pulau yg kecil ini akan kedatangan orang2 milineal, "motor badung ke gianyar" artinya akan tergerus globalisasi oleh orang2 yang menguasai teknologi dan para kapitalis, "Batu China batis lantang cunguh barak." Kita diminta untuk berhati2 jangan pura2 (mapi2) akan mampu bersaing dg mereka. Seperti teks terakhir dari lagu i md cenik, "mesolah saling enggokin tepuk api dong ceburin" Artinya, Jangan ikuti cara2 mereka, kita tetap bertahan pada kearifan lokal. "Api bakat ceburin"

         Saat ini dg munculnya polemik tentang pariwisata Bali, (wisata dg label agama) dan sudah sering didengungkan oleh orang2,  justru oleh mereka2 yg memegang kebijakan dipusat. Sudah saatnya Bali mengambil sikap lbh tegas lagi, jangan buat pariwisata murah yg bersifat massal, buat pariwisata yg berwawasan budaya. Karena Hanya orang Bali yg mampu melakukan itu. Dg begitu orang yg datangpun bukan orang2 sembarangan. Sekarang, sebagian besar orang2 yg datang ke Bali hanya mencari makan dan buang sampah. Sedikit sekali sense mereka untuk memelihara Bali.

        Dengan bertahan pada Pariwisata Budaya artinya, Bali jangan dijual murah. Dan mereka yg datang sdh pasti orang2 yg berkualitas kemudian paksa mereka mengikuti cara2 kita yg berpegang pd  kearifan lokal. Hanya Bali yg memiliki kemampuan bargaining sperti itu! Tidak perlu khawatir orang2 pasti datang tanpa diminta, mereka tdk akan menemukan situasi dan kondisi seperti Bali. Bali Yang Sangat Unik.

Itu pesan dari Leluhur melalui lagu I MADE CENIK

Sekarang dg lahirnya perda tentang desa adat no 4 th 2019, dg konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali  -  Membangun Bali yang Holistic  -  membangun Bali secara menyeluruh dan terintegrasi - Bali Era Baru. Konsep dasarnya sama dg bertahan pada kearifan lokal

Catatan:
Dengan bercermin pada apa yg telah dilakukan oleh para leluhur, maka dpt kita tarik kesimpulan bahwa, Orang Bali hidupnya harus ber-Ketuhanan


᭗ ᬚᬸᬦᬶ ᭓᭑᭙ ᬤ᭄ᬯᬧᬭ ᬬᬸᬕ᭞ ᬍ᭜᭑᭙ ᬫᬲᭂᬳᬶ᭟

Lukisan Shiwa Baerawa, koleksi art studio Mamabal


᭑᭑ ᬦᭀᬧᬾᬫ᭄ᬩᭂᬃ  ᭓᭑᭙ ᭞ ᬤ᭄ᬯᬧᬭ ᬟᬸᬕ ᭞ ᭒᭜᭑᭙ ᬫᬲᭂᬳᬶ᭟

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAAT INI - TRI SEMAYA

RERAINAN

KITA SEMUA BERASAL DARI SUARA