SHIVA RATRI

SHIWA RATRI

       Shiwa Ratri adalah malam yang sangat menguntungkan, 13 hari dari penyusutan bulan penuh atau Magha (Magha Trayodashi) di Bali dikenal dengan Panglong ping 14. Yang dimaksud oleh kedua angka tersebut adalah malam Shiwa Ratri, sehari sebelum bulan mati. Trayodashi atau Triodasa Saksi, Prinsip Shiwa dengan 13 aksara sucinya; ᬲᬁ-ᬩᬁ-ᬢᬁ-ᬅᬁ-ᬇᬁ + ᬦᬁ-ᬫᬁ-ᬰᬁ-ᬯᬁ-ᬬᬁ + ᬅᬁ-ᬉᬁ-ᬫᬁ᭟
Panglong ping 14 atau Catur Dasa Aksara artinya Prinsip Shiwa dengan 14 aksara sucinya; ᬲᬁ-ᬩᬁ-ᬢᬁ-ᬅᬁ-ᬇᬁ + ᬦᬁ-ᬫᬁ-ᬰᬁ-ᬯᬁ-ᬬᬁ + ᬅᬁ-ᬉᬁ-ᬫᬁ = ᬒᬁ‍᭟
Pada malam Shiwa Ratri adalah saat yang baik untuk berjapa, bermeditasi, berdoa dan melakukan tapa brata. Saat yang paling indah dalam aspek kesadaran Shiwa yang ada didalam diri. Ratri artinya mohon perlindungan, Shiwa Ratri artinya mohon perlindungan pada Shiwa. Gelap membawa kenyamanan, selama gelap segala aktivitas berhenti menjadi tenang dan damai.

   Prinsip Shiwa bertentangan dengan pemikiran yang berkembang. Shiwa bukan orang atau figure. Shiwa adalah, 'Prinsip yang abadi pokok dari segalannya.' Adalah prisip darimana segalanya berasal, yang menopang segalanya dan semuannya akan melebur kedalamnya.
Shiwa adalah Anadi dan Ananta - tanpa awal dan akhir.  Shiwa disebut Swayambhu - selalu ada; Bahkan kita tidak bisa mengatakan darimana berasal - tapi ada.

     Shiwa Ratri terjadi 12 kali dalam setahun, pada malam sehari sebelum bulan mati (tilem). Pada bulan mati yang ke 7 disebut dengan malam Maha Shiwa Ratri. Di Indonesia khususnya Bali, perayaan Shiwa Ratri hanya diadakan pada bulan mati yang ke 7, tidak memakai istilah Maha Shiwa Ratri. Makna dari perayaan hari Shiwa Ratri di Indonesia, sudah dibuatkan ilustrasinya oleh Mpu Tan Akung dalam ceritera Lobdhaka. Arti bebas dari sumbernya Padma Purana, bagian dari Uttarakandha. Kenapa mengambil angka 7, karena angka 7 adalah angka maksimal yang mampu dipahami oleh intelek manusia, yang berkaitan dengan fenomena alam maupun prinsip yang ada di setiap aspek kehidupan. Hitungan diatas 7 hanya mampu dipahami oleh mereka yang sudah terangkat kesadarannya. Ada Tujuh Nama Tuhan (Sapta Ongkara, dalam Trisandya bait III), Ada Tujuh warna di alam (pelangi), Ada tujuh permohonan dalam Doa (Sapta Werdhi) dll. Dalam ceritera Lobdhaka memetik daun sebanyak 108 lembar, angka 108 simbol dari 'Nama' dan 'Rupa' Shiwa atau manifestisNya, juga berarti cermin dari kehidupan ini. Angka 108 adalah angka yang paling tinggi dalam sistem Sankhya. Di Bali sudah diilustrasikan kedalam Aksara Bali yang terdiri dari 18 huruf. (ha na ca ra ka sa ma ga ta nga ba la wa pa da ja ya nya). Ke18 huruf tersebut akan bermakna ketika ditambahkan 6 huruf hidup; a, i, u, ē, o, e :

1. ha na ca ra ka .....dst  = 18

2. hi ni ci ri ki ..........dst  = 18

3. hu nu cu ru ku.....dst  = 18

4. hē nē cē rē kē......dst  = 18

5. ho no co ro ko.....dst  = 18

6. he ne ce re ke......dst  = 18

sehingga total ..............= 108
dari 108 kombinasi aksara tersebut akan membuat kehidupan ini menjadi bermakna, na + si = nasi, da + du = dadu dll. Kata diluar kombinasi dari 108 tersebut adalah bentuk distorsinya, bukan inti (unteng dlm bhs bali). Sebagaimana halnya terjadi dalam Upanishad, yang sebenarnya ada 200 an lbh Upanishad yang dibuat oleh para Rsi jaman kuno. Setelah diteliti atau dibahas dalam sidang para Maha Rsi India ternyata dari ke 200 an Upanishad tersebut intinya hanya ada 108. Bukan berarti yang lain itu keliru, tetapi sudah termasuk kedalam yang 108, artinya isinya sama. Maka disepakati hanya ada 108 Upanishad. Salah satu yang paling terkenal adalah Isa Upanishad, dari Adhi Sankaracarya. Upanishad artinya duduk disamping Guru dan mendengarkan wejanganNya. Jadi angka 108 adalah angka kehidupan.

᭒᭓ ᬚᬦᬸᬳᬭᬶ ᭓ᬍ᭜ ᬤ᭄ᬯᬧᬭ ᬬᬸᬕ᭞ ᬍ᭜᭒᭜ ᬫᬲᭂᬳᬶ᭟

Di Bali dikenal dengan Segehan 108.

Comments

Popular posts from this blog

SAAT INI - TRI SEMAYA

RERAINAN

KITA SEMUA BERASAL DARI SUARA