NON DUALISME

NON DUALISM - BALINESE PRINCIPLE
Ancient Balinese Lifestyle

         "Prinsip Tidak Mendua," prinsipnya Orang Bali dalam berspiritual, melampaui dualisme; "Surga-Neraka, Benar-Salah, Baik-Buruk, Ala-Ayu"

Cara Kuno Hidupnya Orang Bali dlm Berspiritual:

1. LONTAR TANPA TULIS (Tengah):
         Lontar Tanpe Tulis, artine yen tulis ngebekin langit. Tapi kesadaran kita sudah menyadarinya bahwa seluruh pengetahuan itu ada di pusat kesadaran, di hati yg paling dalam. Sebagaimana kita mengenal kamus, kita tahu bahwa seluruh arti dari kata2 ada didalamnya, kita tdk perlu menghafal seluruh isinya dan membawanya kemana2 selama 24 jam, tapi begitu kita butuh tinggal membuka dan membacanya. Seperti juga halnya dg rambut, kita tdk pernah peduli berapa jumlahnya dan tdk pernah menghitung, tapi kita tahu bahwa kita punya rambut, ketika tercabut kita menyadarinya bahwa rambut kita tercabut.
"Nawang Ken Sing Nawang Patuh! - berdampingan"

2. SEGARA TANPA TEPI (Timur):
       Seperti samudra tak bertepi, artinya kebenaran itu tdk ada ujungnya, dan tdk bisa dimengerti melalui logika dan bukti. Kebenaran diatas logika dan bukti, kebenaran tdk bisa dibuktikan. Tidak ada orang yg mampu membuktikan Tuhan. Jatidiri-Mu bebas dari bukti dan alasan, karena Dia sendiri adalah bukti, - KeberadaanNya.

3. TAMPAKING KUNTUL ANGLAYANG (Selatan):
        Tampaking Kuntul Anglayang, jejak burung terbang. Kebenaran tdk bisa dimengerti melalui wujud, nama, dan rupa atau manifestasi. Kebenaran melampaui wujud atau manifestasi.

4. GALIHING KANGKUNG (Barat):
       Galihing Kangkung, kangkung mampu berdiri tegak tanpa ditunjang oleh tulang. Batang kangkung hanya lobang tanpa tulang. Itu artinya kebenaran/pencerahan adalah sifat alami dari Sang Jati Diri / Purusha / kesujatian. Sesuatu yg berada dilubuk hati yg paling dalam, pusat kesadaran dimana Tuhan berada. Seluruh pengetahuan ada disana, - 'Tatra Niratisaya Sarwajna Bijam.'
Kita sudah membawanya dari sejak lahir. Itu artinya pencapaian itu bukan atas usaha kita, tapi terjadi begitu saja. Pencerahan/kesucian itu adalah sifat alami dari Sang jati diri. Kita cukup hanya berpasrah atau bersandar pada kesujatian. 'Iswarah Pranidana Dwa' - 'Tada Drastuh Swarupe Awastanam'

5. SUARAN BULU KUMBANG (Utara):
        Suara yang keluar dari getaran, bukan dari sumber suara. Bulu yang bergetar.
Suara daging! - Daging yang bergetar!

6. NAK MULE KETO :      
     Leluhur kita sangat cerdas, hal itu semua diputus/disimpulkan dg prinsip Nak Mule Keto. Kita tdk diberi kesempatan untuk berpolemik. Cukup hanya dg rilek saja. Umur kita pendek, dan dari 24 jam waktu yg kita miliki dlm sehari; 8 jam bekerja + 6 jam tidur + 3 jam makan dan minum + 1 jam kebelakang+mandi + 2 jam habis dijalan, sisanya untuk  chit chat (ketawa2, chating, browsing, upload status) dan hal2 lain. Hampir tdk punya waktu untuk mengenali diri.
Sedangkan, 'Pengetahuan yg kita dapatkan dari dunia luar (buku, tulisan, orang2 dan sastra2) dg Pengetahuan yg muncul dari pusat kesadaran itu berbeda!'
Kebenaran yg kita dapatkan dari dunia luar cenderung membingungkan, karena pikiran mengasumsi keadaan, cenderung mendua.
Sedangkan kebenaran yg muncul dari dalam diri, pusat kesadaran akan mendatangkan kedamian, - perjalanan kedalam diri adalah kedamaian.
Kehidupan nyata dengan sepritual itu berbeda, kontradiksi (bertentangan)!!!

᭒᭑ ᬧᬾᬩ᭄ᬭᬸᬳᬭᬶ ᭓᭒᭜ ᬤ᭄ᬯᬧᬭ ᬬᬸᬕ᭞ ᬍ᭜᭒᭜ ᬫᬲᭂᬳᬶ᭟

Comments

Popular posts from this blog

SAAT INI - TRI SEMAYA

RERAINAN

KITA SEMUA BERASAL DARI SUARA