MAKNA DARI CERITA LOBDHAKA

 Makna dari crita LOBDHAKA dalam SHIWARATRI.

(Shivaratri)

      Weda, memiliki 40 aspek dalam wujud buku/tatwa/filsafat. Terdiri dari 4 aspek dalam catur weda dan 36 aspek tersebar dalam (Vedānga, upānga, Upa-veda, brāhmaņa, prātishākhya). Semua Sastra tersebut memuat ajaran tentang kemanunggalan, kebenaran hakiki. Tapi, ketika kita membacanya, pikiran ini cenderung membandingkan. Se-olah2 satu sastra dengan sastra yang lain saling bertolak belakang atau bertentangan. Begitulah cara kerja pikiran melihat sesuatu dengan cara tidak utuh atau mem-banding2-kan, selalu mendua / bercabang.

    Leluhur kita, Mpu Tanakung telah membuat ilustrasinya dalam kisah Lobdhaka, (Shiwaratri). Bahwa dengan hanya membaca buku ibarat kita memasuki sebuah hutan belantara, penuh dengan pohon dan belukar, membuat kita tersesat/kebingungan. Seperti Lobdhaka sang pemburu tidak menemukan binatang buruan dan akhirnya kemalaman dihutan kemudian terpaksa memilih salah satu kayu/pohon untuk bermalam, dan memetik daunnya satu persatu agar tidak mengantuk, sambil menunggu matahari atau terang. Artinya, setelah menemukan Kayu, keneh ne rahayu, atau menemukan kedamaian di dalam hati ini, mulai membuka buku/sastra lembar perlembar,  seperti memetik daun dalam kisah Lobdhaka, dengan tetap bertahan pada kayu sampai pagi, sampai menemukan kejelasan, terang/galang. Mirip seperti orang menggali sumur, tetap pada satu titik, dititik itu sampai menemukan air. Damai artinya, ketika tidak ada konflik dalam pikiran dan tidak ada masalah dengan emosi, pikiran dan emosi selaras, menjadi utuh saat ini/total saat ini, atau terpusat (focus).

       Jadi, selama kita tidak berpegang pada KAYU (kayu = kayun = keneh ne rahayu) atau kemurnian, buku/sastra tidak akan mengispirasi, tidak membawamu ke-mana2, hanya mutar2 disitu saja. Itu artinya, Weda bukan tulisan/buku tapi keabadian, sudah ada dan akan tetap ada (sanatana dharma). Weda adalah pengetahuan yang bersumber pada pusat kesadaran, hati yang paling  dalam atau kesadaran Ātmā (kemurnian/kesujatian). 

      "Seindah apapun sebuah CERITA (sastra/buku), CERITA akan tetap menjadi CERITA, tidak membawamu ke-mana2!"  -  Cerita, sifatnya hanya menghibur dan membuat kita tertidur!
"Buku sing ada Kayune!" sing misi unteng. Care melut bawang, kulit mekejang neked keunteng!

      Weda bukan Buku/Satra2, tapi keabadian sudah ada dan akan tetap ada, Weda pengetahuan yang bersumber pada kesujatian, pusat kesadaran, atau kesadaran ātma.

᭒ ᬳᭀᬓ᭄ᬢᭀᬩᭂᬃ ᭓᭒᭜ ᬤ᭄ᬯᬧᬭ ᬬᬸᬕ᭞ ᬍ᭜ᬍ᭜ ᬫᬲᭂᬳᬶ᭟

lukisan koleksi art studio mambal

Comments

Popular posts from this blog

SAAT INI - TRI SEMAYA

RERAINAN

KITA SEMUA BERASAL DARI SUARA