BG TDK MENGAJAR KEKERASAN

 BHAGAWAD GITA tidak mengajarkan KEKERASAN.

       Bhagawad Gita tidak mengajarkan kekerasan. Dengan memaksa Arjuna untuk tetap berada di medan perang, Krishna membatalkan niat Arjuna, pergi meninggalkan Kurusetra, karena alasan cinta Arjuna ingin pergi bertapa. Krishna menasehati Arjuna dengan pengetahuan tentang kebenaran yg hakiki, agar Arjuna tetap melanjutkan perangnya / kewajibannya. Pikiran Arjuna bertransformasi setelah mendengar nasehat Krishna tentang pengetahuan sankhya. Arjuna bangkit dari keraguannya dengan pengetahuan dan kesadaran baru.

        Hidup ini adalah konflik dan dibangun atas dasar konflik. Inti dari ke 700 an sloka dalam Bhagawad Gita, kita hanya dituntut untuk beraktifitas atau berkarma / megae. Aktivitas yang tidak terikat pada hasil atau bekerja tanpa pamerih, itulah kewajiban. Kewajiban artinya kebebasan atau ketidak terikatan pada hasil. Melakukan kewajiban demi kepentingan orang banyak, tanggung jawabnya kepada Tuhan.

       Bhagawad Gita, adalah cermin dari kehidupan ini, bahwa konflik muncul dari pikiran, pikiran selalu muncul dengan kecenderungan2 mirip seperti seorang penjudi, dan kita cenderung berlari mengejarnya. Konflik/masalah muncul, justru dari mereka yang memiliki kemampuan; Bhisma, Drona dan Karna, sedangkan Duryodana hanya ekor, orang yang tidak memilik kepercayaan diri, tanpa mereka bertiga, Duryodana tidak berani berbuat apa.

Dialog antara Krishna & Arjuna:
Arjuna, habisin mereka semua termasuk mereka bertiga orang baik yang sudah mati, dalam pertempuran ini kamu sebenarnya tidak melalukan apa2 - lakukan saja kewajibanmu.

Yang dimaksud *Orang Sudah Mati* dalam Itihasa adalah mereka yang selalu berpegang pada pikirannya, tidak memahami kewajibannya. Tidak memiliki VISI.
Itulah wujud dari Avidya atau ketidak tahuan.

       Jadi, mereka disebut cerdas oleh Bhagawad Gita adalah mereka yang mampu melihat keheningan dalam beraktivitas, dan melihat aktivitas dalam keheningan. Seperti dialami dan dilakukan oleh Arjuna. Meskipun Arjuna bertempur, namun Arjuna menemukan kedamaian dalam pertempurannya.

       Leluhur kita (Bali) sudah sampai pada kesimpulan, bahwa hidup ini adalah konflik tercermin dalam aksara Bali. Terdiri dari 18 hurup, idenya sama dengan Itihasa terdiri dari 18 Bab atau Parwa. Bhagawad Gita termasuk dalam Itihasa (bagian dari Bhisma Parwa). Dari 18 huruf intinya hanya delapan (8) huruf, dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Huruf berdasarkan sumber suaranya, anu swara ( ᬜᬫᬦᬗ - nya ma na nge) 
2. Huruf berdiri sendiri, arde swara ( ᬬᬮᬯᬭ - ye la wa re).
Kemudian digabung menjadi, *nya ma na nge ye la wa re* saudara yang kita ajak berkonflik.
Begitulah hidup penuh dengan konflik.

Lalu, dimana kedamaian itu?

         Kalau saja kedamaian itu ada di dalam istana yang mewah pangeran Sidharta tidak akan pergi kehutan mencari kedamaian. Kalau saja kedamaian ada di tengah hutan Arjuna akan memilih pergi bertapa kehutan meninggalkan medan perang untuk mencari kedamaian.
Kenyataannya, Arjuna menemukan kedamaian dalam pertempurannya sedangkan Sidharta (Budha) menemukan kedamaian di tengah hutan.
*Begitulah dunia yang tampak ini tidak seperti apa yang kita kira, kita akan merubah cara pandang ketika ada kejelasan*

Jangan mencari kebenaran di dalam buku/sastra2, pendapat orang dan opini !

gambar dari internet.

05-01-21
᭕ ᬚᬦ᭄ᬯᬭᬶ ᭓᭒᭑ ᬤ᭄ᬯᬧᬭ ᬟᬸᬕ᭞ ᬍ᭜ᬍ᭑ ᬫᬲᭂᬳᬶ᭟

footnote:
Avidya, adalah menganggap yang tidak suci menjadi suci, yang tidak penting menjadi penting dan menganggap yang berubah menjadi permanen. Itulah wujud dari ketidak tahuan.

Comments

Popular posts from this blog

SAAT INI - TRI SEMAYA

RERAINAN

KITA SEMUA BERASAL DARI SUARA